Pemandangan Jembatan Jalan Raya Ploso saat malam.
Rahmat Sularso Nh./bejo.net
|
beritajombang.net, PELANDAAN - Masihkah Anda memegang kepala saat memikirkan kemana mencari tempat yang menyenangkan untuk menghapus penat pekerjaan. Bahkan tempat yang bisa dijadikan sebagai penghapus dahaga kebersamaan dengan keluarga. Sudah saatnya kita tidak mencari-cari lagi melainkan membuat sebuah tempat hiburan tersendiri. Bagaimana kalau mengikuti perjalanan saya kali ini berburu senja di pematang Sungai Brantas?
Ada tempat yang asyik untuk menikmati senja di bagian Utara Jombang. Tujuan kita sekarang adalah ke Bendungan Karet atau masyarakat Jombang lebih mengenal dengan sebutan Dam Karet di Desa Jatimlerek, Kecamatan PlAndaan. Lebih kurang 30 (tiga puluh) menit perjalanan dari pusat Kota Jombang dengan berkendara menggunakan sepeda motor. Deru angin yang berhembus semakin menambah semangat saya untuk segera sampai di sana.
Sebelumnya menyeberangi satu-satunya jembatan yang menghubungkan beberapa kecamatan di Utara Brantas seperti Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ploso, Kudu dan Ngusikan. Benar saja karena satu-satunya jalan penghubung praktis kepadatan pun terjadi. Kendaraan dari arah berlawanan bergantian melewati jembatan dengan Model Rangka III tersebut. Ayunan yang hebat terasa ketika saya berhenti tepat di tengah jembatan karena mulai macet. Tetapi masih saya yakini untuk sementara jembatan ini masih bisa bertahan kontruksinya untuk menahan beban kendaraan yang melintas.
Untuk menikati suasana senja di atas Dam Karet saya harus naik ke atas Pematang Sungai Brantas atau pembatasnya. Di sana terdapat pos pantau untuk mengawasi kondisi Dam Karet. Cukup luas untuk sekedar duduk dan mencari posisi yang tepat untuk mengabadikan momentum tersebut dalam kamera. Dam Karet memang termasuk salah satu bendungan yang unik karena bisa di kempeskan dan kembali di pompa untuk menaikan bendungan. Di sebut Dam Karet sebab struktur bangunan bendungan ini terbuat dari karet.
Informasi yang saya peroleh dari petugas di sana tebal Dam Karet mencapai 5,5 milimeter dan 12 milimeter. Sedangkan panjangnya 9 meter hingga 10 meter, serta lebamya 150 meter. Cukup kuat untuk menahan goresan benda tajam. Sementara cara pengoperasian Dam Karet ini dengan menggembungkan pada saat musim kemarau, sebaliknya saat musim penghujan dan volume air di Sungai Brantas naik maka dilakukan pengempesan. Kalau menggembungkan bisa dengan air atau pun dengan udara.
Ternyata saya tidak sendiri, ada pencari ikan sangat berani berada di atas Dam Karet membawa pancing. Dari arah sebrang juga ada yang bersiap menggunakan perahu sampan menyusuri arus Sungai Brantas tanpa menggunakan pengaman. Menggunakan satu sampan untuk mendayung tidak lama mereka sudah ada dihadapan saya. Mereka juga pencari ikan yang sebelumnya sudah meletakan kerambah dan saat ini tinggal mengambil. Semakin bertambah larut deras percikan air dari Dam Karet semakin meninggi hingga mengenai di ujung mata lensa kamera saya. Keindahan memancar tatkala air Sungai Brantas di atas Dam Karet memroyeksikan cahaya matahari yang beranjak tenggelam.
Hari semakin gelap, saya memilih segera meninggalkan Dam Karet sebab tidak begitu banyak penerangan di sana. Perjalanan semula saya ulangi kembali tetapi sesaat akan melintas di jembatan Sungai Brantas saya menemukan keindahan lain. Lampu-lampu kendaraan yang menyorot mempercantik jembatan. Biasanya kalau terlihat benderang jembatan tersebut terkesan biasa saja. Namun kini berbeda dan saya memilih berhenti sejenak untuk menikmati keindahan jembatan sambil menghabiskan senja yang mulai berubah warna dari kuning menjadi jingga.
Terbukti menghabiskan sore dengan berburu senja telah melupakan sekejap penat pekerjaan, jika tidak percaya silahkan dicoba.
Temukan sensasi sendiri berburu senja ! (lar)