Kopi Luwak Wonosalam.
Rahmat Sularso Nh./bejo.net
|
Seperti yang kita ketahui, bahwa kopi luwak hanya bisa dihasilkan oleh biji kopi yang di makan musang (Luwak) yang telah dikeluarkan sebagai kotoran. Biji kopi yang sudah dikeluarkan dari perut luwak tersebut sudah mengalami fermentasi oleh enzim didalam perut luwak. Nah karena telah mengalami fermentasi tersebut, cita rasa seduhan kopi luwak menjadi unik. Dan hingga saat ini, mesin untuk membuat tiruan kopi luwak masih belum bisa dikembangkan oleh manusia.
“Setelah stok kopi luwak kita sudah banyak hingga satu kwintal, namun untuk memasarkannya kita kurang bisa. Karena mungkin hanya orang yang tahu keberadaan dan manfaatnya saja yang beli dan juga mungkin harga yang cukup mahal juga, makanya kita coba kembali ke desa untuk jual seduhan dan bubuk luwaknya,”jelas Semi.
Ketika kita datang ke kedai kopi luwak milik bu Semi di kawasan dataran tinggi Wonosalam Jombang, mungkin kita akan terkejut dan tercengang melihat sajian kopi luwak murni dengan suasana pedesaan, hawa yang sejuk pemandangan yang indah membuat kenikmatan kopi luwak sungguh terasa khasnnya. Kenikmatan itu terlengkapai dengan harga yang cukup murah yaitu Rp.10.000 untuk setiap cangkirnya.
“Kenapa kita jual murah, karena semua proses kita kerjakan sendiri mulai dari memberi makan luwak, perawatan sampai dengan penyajian semua kita handle sendiri, selain seduhan kita juga jual untuk kemasan 1 ons dengan kemasan yang cukup menarik seharga Rp.100.000 /ons,”ungkap ibu dua anak ini.
Harga sekilo bubuk kopi luwak satu juta rupiah memang sesuai dengan kenikmatan dan manfaatnya. Melihat dari proses menghasilkannya tergolong gampang-gampang susah. Luwak hewan penghasil satu-satunya kopi luwak adalah hewan yang mudah stress, sehingga tidak dapat ditangkar dan sulit dipelihara. Dan kini hewan nocturnal ini semakin sulit didapatkan dari alam liar, satu ekor luwak saja hargannya bisa jutaan. Dan jikalau luwak sudah stress dalam pemeliharaan, maka ia harus dilepas, jika tidak ia akan mati. Itulah kenapa kopi luwak hanya dapat diproduksi dalam jumlah terbatas. Sesuai dengan hukum ekonomi,”barang sedikit, permintaan banyak harga tentu akan tinggi.”
Awalnya Bu Semi memiliki 10 ekor luwak, yang awalnya di belinya dari pasar hewan di Mojokerto, namun seiring berjalannya waktu sifat hewan yang satu ini mudah stress, ada beberapa yang dilepaskan ada sebagian yang mati. Dan sampai saat ini hanya tinggal 4 ekor luwak yang masih hidup.
“Untuk makan kita khususkan biji kopi asli Wonosalam yaitu jenis terbaik Kopi Asisa, jika siang kita kasih minum susu dan dua hari sekali kita beri makan daging. Menurut beberapa pendapat orang Kelebihan kopi luwak jika orang yang memiliki penyakit mag, kan tidak boleh mengkonsumsi kopi namun untuk kopi luwak tidak apa-apa. Dan kopi luwak ini tak bikin kembung,”ujar pemilik kedai kopi luwak Wonosalam ini.
Sejak dua tahun membuka kedainnya kopi luwak produksi Wonosalam ini sudah menyebar ke beberapa daerah sekitar Jombang, bahkan sudah memiliki pelanggan tetap dari taiwan, china dan masyarakat penikmat kopi. Seperti yang ditemui Crew Suara Pendidikan ketika berkunjung kesana, ada warga taiwan yang hampir setiap bulan membeli 1,5 kg bubuk kopi luwak. Dan bertemu penikmat kopi dari Mojokerto, pak Sumardi seorang pegawai perhutani yang bertugas di Banyuwangi .
“Cukup unik untuk rasa kopi luwaknya, saya sering kesini bersama keluarga pas saya libur kerja. Ya sangat murah sekali, Cuma Rp.10.000 kalo di Surabaya Rp.80.000. ini mungkin kalau semua penikmat kopi di Jombang tau kalau disini ada kopi luwak asli pasti ingin nyoba.”pungkas Sumardi sambil mengaduk kopi didepannya.
Ingin tahu sensasi kenikmatan pahitnya Kopi Luwak asli Wonosalam? Tinggal datang ke kedai sederhana Bu Semi Kusriana di Desa Sumber Kecamatan Wonosalam Jombang. Anda akan di manjakan pahitnya kopi luwak, segarnya udara, suasana tenang pedesaan, dan pamandangan hijau nan indah. Dijamin sekali anda kesana pasti ingin coba lagi. (rul/lar)